November is over.

Bagiku, bulan November adalah bulan yang paling berkesan di tahun 2017 ini. Ada banyak cerita, pengalaman, keseruan, tantangan yang aku dapatkan.



Dimulai dari 1 November hingga 4 November 2017. Setelah terpilih menjadi awardee Beasiswa Djarum Plus, Character Building adalah pelatihan soft skill pertama yang harus kami ikuti. Character Building ini sendiri diadakan di Cikole, Lembang, Jawa Barat. Dalam bayanganku, dan dari research berupa stalking awardee tahun-tahun sebelumnya, CB ini sejenis outbond. Nantinya akan dibagi regu, lalu ada permainan-permainan. Ternyata tidak sesederhana itu. Ada banyak sekali hal yang diluar dugaanku. Pada awalnya aku merasa CB ini terlalu berat untukku, terlalu banyak hal-hal yang belum pernah kuhadapi sebelumnya. Tetapi perlahan aku mulai meyakinkan diri bahwa inilah saatnya aku menghadapi hal-hal tersebut, suatu momen yang sering disebut dengan step out of your comfort zone.

Aku tidak ingin membeberkan full version Character Building ini. Yang ingin aku beberkan disini lebih ke apa yang aku dapat dari kegiatan ini. CB ini bertujuan untuk membentuk generasi muda yang berkarakter dan bertanggung jawab. Disini kita dilatih untuk menjadi pribadi yang sigap, cepat tanggap, berani, jujur, bertanggung jawab dan peduli terhadap sesama.

Disini juga aku belajar untuk percaya terhadap reguku, ada beberapa permainan yang memang membutuhkan trust yang kuat terhadap sesama anggota regu. Selain percaya terhadap regu, aku juga harus percaya pada diriku sendiri. Banyak sekali tantangan, yang kalau aku tidak percaya dengan diriku sendiri, aku pasti tidak bisa melewatinya. Aku harus melawan rasa takut, menipis rasa tidak mampu pada diriku. Dan yang terpenting CB juga meningkatkan kepercayaanku terhadap Tuhan. Ada saat-saat dimana tidak ada orang lain yang bisa aku andalkan, ketika aku benar-benar sendiri, dan keberadaan Tuhan lah yang menguatkanku.

Aku senang sekali dengan nilai-nilai yang ditanamkan kediriku melalui Character Building ini. Disamping itu, sistematika kegiatan ini aku acungi dua jempol. Malam puncak acara ini, kami semua benar-benar terbawa suasana. Tanpa sistematika acara yang baik, kami pastinya tidak akan terbawa perasaan dan menangis malam itu.

Meskipun fisikku sangat lelah dan sakit, tapi jiwaku bahagia. Jadi bagian dari Beswan Djarum adalah salah satu doa yang slalu aku panjatkan, yang kemudian di aminkan.




Tanggal 4 memang sudah selesai acara, tapi aku sudah memutuskan untuk extend selama dua hari di Bandung. Aku pulang tanggal 6 Juni, and surprisingly keberangkatanku Umroh dipercepat dari awalnya tanggal 8 menjadi tanggal 7. Jadilah aku hanya punya waktu satu hari untuk unpack dan packing lagi, mengurus surat izin kuliah, dan hal-hal lainnya.

Selama dua minggu aku menghabiskan waktu di Madinah dan Mekkah. Dua minggu yang sangat menenangkan, penuh pembelajaran, dan penuh keberkahan. God is being so nice to me and my family. Di titik ini, aku merasa ada banyak sekali hal yang harus ku syukuri. Semoga aku bisa kembali lagi kesana, bersama keluargaku, atau bersama jodohku nantinya, ehehehe.





Satu hari sebelum pulang ke Aceh tanggal 21 November, aku sakit. Demam, sakit perut sesakit-sakitnya, rasanya tubuhku lemah sekali saat itu. Satu hari itu aku memilih tidur seharian di hotel ketika keluargaku jalan-jalan. Keputusan yang baik menurutku, karena aku masih punya kegiatan lainnya setelah pulang nanti. Jadi lebih baik aku punya one day off daripada memaksakan diri jalan-jalan dan memperburuk kondisi tubuhku.

Keesokan paginya, tanggal 22 November, dari Kuala Lumpur kami sekeluarga pulang, tiba di Banda Aceh pukul 9 pagi dan aku ada kelas pukul 10.30. Aku pulang kampus agak sorean, dan langsung tidur. Malam harinya aku harus mengerjakan tugas  Research Methodologies yang banyaakkk sekaliii dan harus menguasai 7 chapters untuk ujian besok harinya. Rasanya ingin mengeluh, ingin menyerah, tapi aku tau aku tidak boleh manja. Setelah ujian Researh Methodologies aku harus mengerjakan tugas lainnya yang due diesok hari, harus belajar untuk ujian Advance Accounting, dan mengurus surat-surat XLFL. Tanggal 24 November, pagi-pagi sekali aku masih mengerjakan tugas yang belum kelar, lalu jam 10 menghadiri ujian Advance Accounting, sewaktu jumatan packing untuk berangkat, setelah jumatan menyempatkan ke kantor Djarum, lalu sore hari berangkat ke Jakarta untuk menghadiri National Conference XLFL. Dua hari yang fyuuuh (i dont even have word to describe it).

Satu lagi doaku yang dijabah Allah, menjadi XL Future Leader. National Conference adalah event pertama, dimana seluruh peserta XLFL yang berjumlah 150 orang dihadirkan di Grha XL Jakarta. Acaranya berlangsung dari 25 hingga 26 November. Yang menjadi highlight di acara National Conference ini bagi Batch 6 adalah Lead Indonesia. Dari sebelum-sebelumnya, sudah banyak senior-senior yang mengucapkan “semangat ya Lead Indonesianya, seru kok” tapi cara mereka menyemangati semuanya sama, mencurigakan. Aku jadi penasaran.

Setelah menyelesaikan Lead Indonesia aku jadi mengerti. Benar memang, seru. Nada mencurigakan dari mereka ternyata bermaksud mengatakan bahwa Lead Indonesia sangatlah melelahkan. Disini kita diberikan tantangan-tantangan, selama kurang lebih 9 jam, tanpa ada waktu istirahat. Dalam prosesnya ada banyak hal yang bisa kita pelajari. Lead Indonesia ini meberikan kita gambaran bagaimana nantinya ketika kita berada di dunia bekerja yang sebenarnya, where we have to deal with people, deadlines, pressures, money, etc. Alhamdulillah teamku mendapatkan Juara kedua. Kami mendapatkan hadiah sebesar 2 juta rupiah, lumayan kan? Tapi, dibagi 25 orang, jadiya perorang dapat....ya segitulah. Alhamdulillah, bukan perihal uangnya, tapi pencapaiannya. Aku sendiri merasa aku masih perlu banyak sekali belajar.  Aku menyadari dalam team ku banyak sekali orang-orang yang sangat kompeten. Pemikiran mereka bagus, ide mereka brilliant, bahasa Inggris mereka lancar. Ada sedikit rasa minder yang aku rasakan, tapi rasa minder ini semoga membawaku menjadi pribadi yang terus belajar dan menjadi lebih baik.

Di hari selanjutnya diisi dengan inspiring talks, graduation untuk batch 4 dan inaguration. Setelah itu kami berfoto-foto sebentar lalu langsung menuju bandara untuk pulang ke Banda Aceh.




Di pesawat selama perjalan, aku merenungkan betapa Allah sangat baik, terlalu baik. Awalnya merasa kecil sekali kemungkinan aku bisa mendapatkan ini, tapi ternyata Allah sudah menakdirkannya untukku. Because if something is destined for you, never in million years will it be for somebody else, always remember that.

And today is 30th of November, the last day of this month. Good bye November, thanks for being so wonderful.  
0

A Story Behind A Head Full of Dreams Tour


Seperti yang tertera dalam judulnya, aku akan menceritakan sekilas tentang pengalaman menonton konser Coldplay yang bertajuk A Head Full of Dreams Tour. Ini adalah kali pertama aku menonton konser band dari luar negeri, walaupun lumayan meroogoh kocekku, tapi aku tidak menyesal. Sebab konser ini sangat berkesan bagiku, aku memutuskan untuk menuliskannya agar kenangannya lebih abadi.


Terlepas dari aksi panggungnya yang memang menakjubkan, hal lain yang membuat konser ini berkesan adalah rintangan dan dilema yang harus ku hadapi sebelumya.

Aku terfikir untuk menonton konser ini ketika salah seorang temanku bercerita bahwa dia akan menonton dengan teman-temannya. Saat itu dia mengajakku, namun aku belum menanggapi hal tersebut dengan serius. Lalu aku tersadar bahwa tanggal konsernya tepat sekali dengan tanggal libur pertengahan semester di Universiti Utara Malaysia (saat itu aku sedang mengambil program pertukaran pelajar ke univ etrsebut). And then I was like, “why not?”. Karena tiket di web resmi nya sudah sold out, akhirnya kami membeli tiket dari orang yang saat itu aku dapatkan via carousell. Pas sekali dia menjual dua tiket, kategori CAT 2 section 110, dah harganya tidak terlalu jauh dari harga aslinya. Setelah nego-nego sedikit akhirnya aku dan temanku membeli tiket ini. Aku ingat sekali ini bulan Januari.



Bulan Februari, seharusnya aku sudah di Malaysia memulai kuliahku. Tapi, terkendala masalah visa, aku sudah telat tiga minggu masuk kuliah karena aku tidak bisa berangkat kesana tanpa visa student ini. Sampai awal Maret, visa ku belum keluar juga. Disini aku mulai bimbang, tapi ya sebenarnya tidak masalah, aku bisa berangkat dari Banda Aceh kalau memang aku tidak jadi pertukaran pelajar ke Malaysia.

Aku lupa tanggal berapa aku akhirnya sampai di Malaysia, yang jelas sudah hampir pertengahan bulan Maret. Sedangkan, masih ada multiple entry visa yang harus aku urus, yang kira-kira akan memakan waktu selama dua minggu. Konser Coldplay-nya tanggal 1 April, mepet sekali.
Kebimbangan terberat terjadi disini. Aku berfikir untuk menjual saja tiketku karena sepertinya tidak memungkinkan, tapi teman nonton konserku  sudah pesan tiket pesawat ke Singapore. Visaku dikabari akan keluar di hari Kamis (itupun tidak dibilang pasti), dan konser Coldplay di hari Sabtu. Gimana ngga gemeteran nunggunya. Lalu aku mendiskusikan ini dengan temanku, dia bilang tiket pesawatnya masih bisa di refund. Dan tiket konser kan masih bisa dijual. Hampir saja, hampirrrrrr aku jual tiketnya. Aku coba-coba menjual tiket ku, banyak yang berminat ternyata, tetapi belum aku lepas.

Hari Senin, tanggal 27 Maret aku ke International Office untuk menanyakan perihal passport dan visaku dan mereka menjanjikan Kamis akan keluar. Selama belum ada di tanganku, aku belum yakin sebenarnya. Tetapi saat itu aku bilang dengan temanku “Aku engga akan jual tiket aku, kalaupun Kamis ngga keluar juga, yasudah aku coba jual. Kalau ngga laku, yasudah aku ikhlaskan. But if you want to sell your ticket and buy another ticket to watch with your friends, then go ahead. Kalaupun aku jadi nonton, but you have sold your ticket, that’s fine. I’ll watch alone.”
Dia saat itu bilang yasudah dia juga tidak akan jual tiketnya. Kalau aku tidak jadi nonton, dia juga tidak jadi nonton. Kalau aku mati, dia juga mati, walau tak ada cinta sehidup semati. Wah romantis sekali hahaha (yang terakhir rekayasaku).

29 maret, 3 hari sebelum konser Coldplay. Akhirnya  visa dan pasporku beres. Lega sekali! Aku langsung mengabari temanku saat itu juga.

Karena ketidakjelasan jadi aku belum  memesan tiket pesawat dan hotel. Aku beserta Suri dan Rizka memutuskan untuk naik bus dan menginap di Johor Baharu karena penginapan-penginapan yang murah di Singapore sudah full booked and we can’t afford expensive hotel hahaha.

Jum’at malam aku berangkat naik bus dan sampai di Johor Baharu pagi harinya,  hari Sabtu tanggal 1 April. Aku dan temanku janjian buat ketemu di salah satu mall yang letaknya berdekatan dengan National Stadium Singapore. Waktu itu aku tidak beli kartu sim Singapore karena rasaya tidak terlalu perlu. Jadilah dengan modal nanya-nanya orang sekitar aku cari tau dimana letak Mall tersebut. Ini adalah momen-momen bodoh, aku sendirian (Rizka dan Suri pergi ke tempat lain karena mereka tidak nonton konser), ngga ada kuota, ngga tau jalan. Aku sudah naik MRT dan berhenti di Kallang, karena letak mallnya di daerah situ tetapi ketika aku bertanya katanya bukan di Kallang. Lalu aku jalan kaki, lumayan jauh, hampir naik bus karena ada yang bilang naik bus. Pokoknya aku super bingung waktu itu. Sampai akhirnya aku menyerah dan memutuskan untuk langsung ke National Stadium Singapore, karena sepertinya lebih mudah dicari. Lagian banyak orang yang pakai baju kaus Coldplay, jadi aku tinggal mengikuti mereka saja hihi.

Tetapi sekarang aku butuh kuota, buat mengabari temanku, kalau aku langsung ke NSS. Jadilah saat itu aku secara random menghampiri orang- dia pakai baju Coldplay juga, dan minta hotspot. Untung orangnya baik! Orang Indonesia pula! Dia sendirian, akhirnya kita berdua jalan sama-sama ke NSS. God saved me.

Sampai di NSS, langsung pusing karena luar biasa ramai. Antriannya pun membingungkan, ngga jelas arah antriannya kemana. Akhirnya aku bertanya dengan panitianya, dan diarahkan ke gate yang tertera di tiketku. Aku di gate 3, sedangkan orang yang baru aku kenal yang bahkan tidak aku ketahui namanya ini di gate 21, jadi harus berpisah, hilanglah wifi gratisanku. Untungnya ternyata di NSS ini ada free wifi. Aku sudah sampai di depan gate 3, temanku belum juga beranjak dari airport, katanya ada masalah di imigrasi. Sampai aku masuk ke dalam, duduk di seatku, barulah sesaat setelah itu dia datang and I was like “Oi jadi juga kita nonton ya:’)”


Kami memutuskan untuk membeli makanan terlebih dahulu, sama-sama lapar. Sulit sekali menentukan pilihan mau beli makanan apa di dalam NSS itu, karena semuanya serba mahal. Tapi yasudahlah, kami pun tidak mungkin keluar lagi.

Waktu masuk kedalam tadi, semua orang mendapatkan satu wristband led dan satu buah pin. Ada instruksi untuk menggunakan wristband tersebut, katanya nanti lampunya akan menyala sendiri ketika konser dimulai. Konsernya dimulai jam 8, sebelumnya ada seorang penyanyi perempuan sebagai penampilan pembuka, aku tidak tau dia siapa.


Ketika Coldplay muncul, I was beyond excited. Semua orang sontak beridri ketika lagu A Head Full of Dreams yang menajdi lagu pertamanya dinyanyikan. Dan wristband led itu ternyata ide yang sangat keren, warnanya beruba-ubah. Misalnya ketika lagu clocks, lednya berubah warna merah, lagu yellow, warna kuning. Ada beberapa lagu yang warnanya berbeda-beda, benar-benar membangun suasana, I’m amazed. Aku ngga tau apakah di konser-konser lainnya memang ada wristband led seperti ini, but seriously it was really cool.

Aku sempat merekam beberapa part melalui hpku sebelum akhirnya dia mati karena habis baterai di tengah-tengah konser, tidak masalah, biar aku bisa lebih menikmati tanpa sibuk memikirkan postingan.

Di beberapa lagu aku dan temanku sama-sama duduk, liat-liatan lalu tertawa, karena kami tidak tau lagunya. Kalau sudah selesai, dan lagu selanjutnya kami tau, kami akan berdiri lagi. Untung juga milih ticket yang tempat duduk, kalau lelah bisa istirahat, tapi ya jelas kalau yang standing hype nya berbeda.

Sepanjang konser rasanya bahagia sekali. Pertama kalinya menonton konser band luar, dan tidak dikecewakan sedikitpun. Lag-lagu yang sudah lama aku cintai beserta kejutan-kejutan kecil yang mereka berikan,  ahh seru sekali. Aku bersyukur bisa mendapatkan kesempatan ini dan berada disini. Thank you Coldplay for bringing happiness to us!




0

Alor Setar: Navigasi, Smart Tag, Aman Central Mall


Diawali oleh ke-suntuk-an yang muncul karena dua mata kuliah yang di postpone, muncullah ide untuk melalak sedikit jauh dari kawasan UUM.  Awalnya ingin pergi ber 6, dengan 3 kakak dan abang leting yang juga mobility student dari  UNSYIAH, tapi karena mereka sedang hectic dengan tugas, akhirnya kami memutuskan untuk pergi bertiga; aku, Ceha dan Suri.

Tujuan kami adalah Aman Central Mall, yang kata-katanya adalah mall yang baru beberapa tahun di buka di Alor Setar degan counter di dalamnya yang oke-oke, dan ada bioskopnya. Okelah, karena di UUM tidak ada mall, dan kami ‘haus’ akan nge-mall, kami menjadikan Aman Central sebagai destinasi utama.

Sempat bertanya-tanya kepada beberapa orang yang sudah kesana, akhirnya kami mendapatkan gambaran untuk menuju kesana. Kereta sewa dan waze, that’s all and you’ll be there.  Setelah menyewa kereta (mobil) seharga rm 10 untuk sejam pertama dan selanjutnya rm 6, mengisi pulsa untuk membeli paket, menginstall waze di hp Ceha, we’re ready to go.

Pukul 3 siang, kereta sewa datang. Kami sempat bertanya beberapa hal tentang Alor Setar, dan dia mengingatkan untuk nantinya mengambil jalur Alor Setar Utara, serta jangan lupa mengisi saldo Touch and Go nya untuk memasuki tol. Oke, oke.  

Berhubung kami bertiga sama-sama bisa mengendarai mobil, jadilah kami memutuskan untuk mengendarai secara bergantian. Aku giliran pertama. Jujur, selama ini aku hanya pernah membawa mobil manual, ini pertama kalinya membawa mobil matic, tapi tidak sulit, aku bisa.

Masalah pertama yang muncul adalah, waze di hp Ceha tidak berfungsi dengan baik, sepertinya faktor koneksi internet yang buruk. Tidak masalah, kita coba jalan saja dulu. Baru sekitar 10 menit perjalanan, aku menyadari bahwa lampu bensinnya sudah berkedip-kedip, untung saja di seberang jalan ada Petronas Gas Station. Sayangnya, kami sama-sama baru menyadari bahwa disini ngisi bensin ngga ada yang ngisin, alias harus isi sendiri. Berdirilah didepan tempat pengisian bensin dengan muka bodoh (re: polos), berharap bisa menemukan petunjuk. Mungkin ini seperti vending machine, masukkan uang lalu isi bensinnya. Tapi tidak ada tempat untuk memasukkan uang, hanya ada tombol tombol angka disitu, lantas bagaimana caranya? Kami bingung sekali.

Untung tempat itu sedang sepi, kami tepikan dulu mobil. Ternyata ada semacam mini market,daripada bodoh, lebih baik bertanya. Sayangnya lagi, cashier-nya sulit diajak berkomunikasi, kami jelas-jelas tidak tau bagaimana caranya tapi dia seperti enggan menjelaskan. Tapi pada akhirnya dia mau membantu kamu mengisi bensin, sekalian kami juga mengisi saldo untuk touch and go.

Lanjut jalan lagi, waze masih belum berfungsi, kami sama sekali belum pernah keluar dari UUM. Sama sekali tidak tau bentuk Alor Setar itu seperti apa, sama sekali tidak tau jalan menuju kesana, tapi ya, nekat saja. Bermodalkan direction di jalan, kami mengikuti semua arahan yang menuju Alor Setar, sudahlah, tidak berharap lagi dengan waze, koneksi internetnya tidak bagus.  Tanpa tau jalan, tanpa koneksi internet, kami meneruskan perjalanan.

Kebodohan kedua muncul ketika memasuki tol, ada beberapa ruas yang bisa dipilih, tentu saja aku memilih yang paling sepi. Di atasnya terdapat tulisan ‘touch and go’ dan ‘smart tag’, yang sepi adalah yang ‘smart tag’. Oke, kesitu saja, ya. Lagi-lagi, kami bertiga sama-sama tidak tau apa itu Smart tag, yang ternyata adalah sebuah alat yang dipasangkan di mobil untuk pembayaran tol elektronik.  Bodoh lagi, harusnya kami memilih jalur touch and go, karena mobil ini tidak ada smart tag. Tidak bisa mundur, tidak bisa jalan kedepan, karena tidak ada smart tag.

Untung saja ada penjaganya yang menghampiri mobil kami, dia bertanya ‘takda smart tag?’ dengan polosnya aku jawab ‘takda, kami tak tau apa itu smart tag, kami adanya touch and go,’ sambil menunjukkan kartunya. Alhamdulillah si ibu penjaga ini baik, dan membiarkan kami lewat. Untung, untung. Bernafas lega lagi setelah tegang selama beberapa saat. Dicatat sebagai satu pelajaran, kedepan jangan ambil jalur smart tag lagi, pilih yang touch and go.

Selama perjalan, kalau ada yang merekam ekspresi wajah kami, mungkin sama dengan wajah-wajah anak SMA sedang ikut SBMPTN, tegang, bingung, dan sedikit takut. Takut-takut malah tiba di Alor Setar Selatan, padahal tujuannya adalah Alor Setar Utara. Aku membawa mobil dengan kecepatan sedang saja, karena tidak tau kapan akan berbelok atau tetap lurus, tapi juga tidak boleh terlalu lambat. Setelah hampir sejam, akhirnya kami tiba di Alor Setar Utara, tujuan kami. Lega, tapi hanya sejenak, karena selanjutya kami tidak tau dimana letak Aman Central Mall itu. Kami hanya tau namanya, tidak tau bentuk mallnya seperti apa, di dekat apa, hanya nama.

Selanjutnya yang mengarahkan kami adalah feeling, hebat, iya, kan? Kapan kami rasa perlu belok, kami belok. Kapan kami rasa perlu lurus, kami lurus. Dan entah bagaimana, akhirnya kami memang sampai di Aman Central Mall. Rasanya bahagia sekali, seperti orang kehausan di gurun pasir yang menemukan air. Dari yang tadinya tegang, jadi super girang. Dari luar mallnya memang terlihat besar, sesuai harapan.

Menghabiskan sekitar 3 jam mutar-mutar di H&M, Uniqlo, Victoria Secret, Face Shop, counter-counter sepatu, makan di McD dan sekedar cuci mata. Pukul 8 setelah salat magrib, perut sudah kenyang, sudah bahagia karena sudah ngemall, kami memutuskan untuk pulang.

 Sekarang supirnya berganti, Suri yang akan mengendarai. Atmosfer ketika masuk mobil masih bahagia, sudah tau jalan pergi, berarti jalan pulang tinggal mengambil jalan yang sama. Ternyata, tidak sesimpel itu. Dari yang masih ketawa-ketiwi, akhirnya mulai tegang lagi. Sempat berputar-putar di arah kota sekitar 30 menit, sudah masuk tol, tapi sepertinya salah, memutar balik ke kota. Berputar-putar lagi di kota. Karena sudah malam dan kami takut kembali ke UUM terlalu lama, lebih baik bertanya saja dengan penduduk sekitar. Kami mendapatkan arahan dari seorang penjual nasi goreng, oke kita ikuti arahannya, ya.

 Aku yang duduk di kursi belakang sangat geram dengan waze di hp Ceha, sebelumnya sudah pernah beberapa kali memakai waze dan tidak pernah ada masalah. Setelah ku ulik-ulik ternyata  bukan masalah wazenya tapi memang koneksi internet di hp Ceha yang bermasalah. Hpku ada paket, tapi tidak ada waze. Lalu aku nyalakan personal hotspot, agar hp Ceha tersambung ke internet hpku, masih juga tetap tidak bisa. Barulah terpikir olehku (yang harusnya terpikir sejak awal kami pergi) untuk menginstall waze di hp Suri, it took some times karena memang jaringan internetnya sedikit lelet. Kami tetap berjalan dengan perasaan cemas, takut. Sudah pukul 9 malam lewat. Aku sempat terpikir harus menginap dimana kami kaau memang tidak menemukan jalan pulang.

 Rasanya lama sekali sampai akhirnya waze di hp Suri terinstall. Dengan harap-harap cemas, aku mencoba untuk membuka waze di hp Suri, bisa, tapi anehnya tidak ada navigasi suaranya, entah apa lagi yang salah. Sempat ragu beberapa saat untuk mengikuti arahan waze atau arahan hati, akhirnya kami memutuskan untuk mengikuti arahan waze, semoga waze membawa kami ke jalan yang benar.

Masih cemas, masih takut, tapi sudah mulai lega, sudah mulai bisa nyanyi-nyanyi karena sepertinya arahan waze ini benar. Kami sama-sama menertawakan diri kami sendiri, yang nekat, yang bodoh, yang tanpa persiapan ini. Sesekali kami terdiam lagi kalau merasa ada jalan yang aneh, lalu tertawa-tawa lagi agar suasana tidak mencekam. Jujur saya, aku memang deg-degan sekali waktu itu.

Sampai sudah di dekat UUM, kami salah jalan lagi. Harusnya belok kanan, tapi malah lurus. Karena Sintok dekat sekali dengan Hat Yai, Thailand, sempat terpikir jangan-jangan kalau kita jalan terus kita akan sampai diHat Yai. Cepat-cepat kami melirik ke kanan untuk memutar balik, ada satu tempat memutar balik, tapi ada tanda tidak boleh memutar balik, tapi (lagi) ada mobil yang memutar balik. Berdebat dalam waktu beberapa detik, mutar, tidak, mutar, tidak. Sudahlah, mutar saja, daripada di depan sana tidak ada lagi tempat memutar, toh mobil di depan saja bisa memutar, lagian mobil ini kecil. Keputusan yang baik karena akhirnya we’re back on track, tidak sampai 10 menit akhirnya kami sampai kembali di UUM. Huh, lega sekali.

Padahal mungkin jarak UUM ke Alor Setar tidak terlalu jauh, bisa ditempuh selama 45 menit, 30 menit kalau dengan kecepatan lebih. Tapi rasanya perjalan yang kami lalui sangat panjang, jauh, dan menegangkan. Kami hanya bisa tertawa-tawa ketika mengingat lagi perjalan kami. Seru. Mungkin tidak akan seberkesan ini kalau jalannya mulus, tapi karena berliku, ini terasa mengesankan.

Tapi kami berjanji, kedepan kalau ingin pergi-pergi lagi harus lebih punya persiapan, searching dulu tentang destinasi, perjalan menuju destinasi dan hal-hal kecil seperti mengisi bensin, biar ngga bodoh lagi.


Overall, it was a nice trip, wasn’t it? Next time, kemana lagi, yuk?



3

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com