A Story Behind A Head Full of Dreams Tour


Seperti yang tertera dalam judulnya, aku akan menceritakan sekilas tentang pengalaman menonton konser Coldplay yang bertajuk A Head Full of Dreams Tour. Ini adalah kali pertama aku menonton konser band dari luar negeri, walaupun lumayan meroogoh kocekku, tapi aku tidak menyesal. Sebab konser ini sangat berkesan bagiku, aku memutuskan untuk menuliskannya agar kenangannya lebih abadi.


Terlepas dari aksi panggungnya yang memang menakjubkan, hal lain yang membuat konser ini berkesan adalah rintangan dan dilema yang harus ku hadapi sebelumya.

Aku terfikir untuk menonton konser ini ketika salah seorang temanku bercerita bahwa dia akan menonton dengan teman-temannya. Saat itu dia mengajakku, namun aku belum menanggapi hal tersebut dengan serius. Lalu aku tersadar bahwa tanggal konsernya tepat sekali dengan tanggal libur pertengahan semester di Universiti Utara Malaysia (saat itu aku sedang mengambil program pertukaran pelajar ke univ etrsebut). And then I was like, “why not?”. Karena tiket di web resmi nya sudah sold out, akhirnya kami membeli tiket dari orang yang saat itu aku dapatkan via carousell. Pas sekali dia menjual dua tiket, kategori CAT 2 section 110, dah harganya tidak terlalu jauh dari harga aslinya. Setelah nego-nego sedikit akhirnya aku dan temanku membeli tiket ini. Aku ingat sekali ini bulan Januari.



Bulan Februari, seharusnya aku sudah di Malaysia memulai kuliahku. Tapi, terkendala masalah visa, aku sudah telat tiga minggu masuk kuliah karena aku tidak bisa berangkat kesana tanpa visa student ini. Sampai awal Maret, visa ku belum keluar juga. Disini aku mulai bimbang, tapi ya sebenarnya tidak masalah, aku bisa berangkat dari Banda Aceh kalau memang aku tidak jadi pertukaran pelajar ke Malaysia.

Aku lupa tanggal berapa aku akhirnya sampai di Malaysia, yang jelas sudah hampir pertengahan bulan Maret. Sedangkan, masih ada multiple entry visa yang harus aku urus, yang kira-kira akan memakan waktu selama dua minggu. Konser Coldplay-nya tanggal 1 April, mepet sekali.
Kebimbangan terberat terjadi disini. Aku berfikir untuk menjual saja tiketku karena sepertinya tidak memungkinkan, tapi teman nonton konserku  sudah pesan tiket pesawat ke Singapore. Visaku dikabari akan keluar di hari Kamis (itupun tidak dibilang pasti), dan konser Coldplay di hari Sabtu. Gimana ngga gemeteran nunggunya. Lalu aku mendiskusikan ini dengan temanku, dia bilang tiket pesawatnya masih bisa di refund. Dan tiket konser kan masih bisa dijual. Hampir saja, hampirrrrrr aku jual tiketnya. Aku coba-coba menjual tiket ku, banyak yang berminat ternyata, tetapi belum aku lepas.

Hari Senin, tanggal 27 Maret aku ke International Office untuk menanyakan perihal passport dan visaku dan mereka menjanjikan Kamis akan keluar. Selama belum ada di tanganku, aku belum yakin sebenarnya. Tetapi saat itu aku bilang dengan temanku “Aku engga akan jual tiket aku, kalaupun Kamis ngga keluar juga, yasudah aku coba jual. Kalau ngga laku, yasudah aku ikhlaskan. But if you want to sell your ticket and buy another ticket to watch with your friends, then go ahead. Kalaupun aku jadi nonton, but you have sold your ticket, that’s fine. I’ll watch alone.”
Dia saat itu bilang yasudah dia juga tidak akan jual tiketnya. Kalau aku tidak jadi nonton, dia juga tidak jadi nonton. Kalau aku mati, dia juga mati, walau tak ada cinta sehidup semati. Wah romantis sekali hahaha (yang terakhir rekayasaku).

29 maret, 3 hari sebelum konser Coldplay. Akhirnya  visa dan pasporku beres. Lega sekali! Aku langsung mengabari temanku saat itu juga.

Karena ketidakjelasan jadi aku belum  memesan tiket pesawat dan hotel. Aku beserta Suri dan Rizka memutuskan untuk naik bus dan menginap di Johor Baharu karena penginapan-penginapan yang murah di Singapore sudah full booked and we can’t afford expensive hotel hahaha.

Jum’at malam aku berangkat naik bus dan sampai di Johor Baharu pagi harinya,  hari Sabtu tanggal 1 April. Aku dan temanku janjian buat ketemu di salah satu mall yang letaknya berdekatan dengan National Stadium Singapore. Waktu itu aku tidak beli kartu sim Singapore karena rasaya tidak terlalu perlu. Jadilah dengan modal nanya-nanya orang sekitar aku cari tau dimana letak Mall tersebut. Ini adalah momen-momen bodoh, aku sendirian (Rizka dan Suri pergi ke tempat lain karena mereka tidak nonton konser), ngga ada kuota, ngga tau jalan. Aku sudah naik MRT dan berhenti di Kallang, karena letak mallnya di daerah situ tetapi ketika aku bertanya katanya bukan di Kallang. Lalu aku jalan kaki, lumayan jauh, hampir naik bus karena ada yang bilang naik bus. Pokoknya aku super bingung waktu itu. Sampai akhirnya aku menyerah dan memutuskan untuk langsung ke National Stadium Singapore, karena sepertinya lebih mudah dicari. Lagian banyak orang yang pakai baju kaus Coldplay, jadi aku tinggal mengikuti mereka saja hihi.

Tetapi sekarang aku butuh kuota, buat mengabari temanku, kalau aku langsung ke NSS. Jadilah saat itu aku secara random menghampiri orang- dia pakai baju Coldplay juga, dan minta hotspot. Untung orangnya baik! Orang Indonesia pula! Dia sendirian, akhirnya kita berdua jalan sama-sama ke NSS. God saved me.

Sampai di NSS, langsung pusing karena luar biasa ramai. Antriannya pun membingungkan, ngga jelas arah antriannya kemana. Akhirnya aku bertanya dengan panitianya, dan diarahkan ke gate yang tertera di tiketku. Aku di gate 3, sedangkan orang yang baru aku kenal yang bahkan tidak aku ketahui namanya ini di gate 21, jadi harus berpisah, hilanglah wifi gratisanku. Untungnya ternyata di NSS ini ada free wifi. Aku sudah sampai di depan gate 3, temanku belum juga beranjak dari airport, katanya ada masalah di imigrasi. Sampai aku masuk ke dalam, duduk di seatku, barulah sesaat setelah itu dia datang and I was like “Oi jadi juga kita nonton ya:’)”


Kami memutuskan untuk membeli makanan terlebih dahulu, sama-sama lapar. Sulit sekali menentukan pilihan mau beli makanan apa di dalam NSS itu, karena semuanya serba mahal. Tapi yasudahlah, kami pun tidak mungkin keluar lagi.

Waktu masuk kedalam tadi, semua orang mendapatkan satu wristband led dan satu buah pin. Ada instruksi untuk menggunakan wristband tersebut, katanya nanti lampunya akan menyala sendiri ketika konser dimulai. Konsernya dimulai jam 8, sebelumnya ada seorang penyanyi perempuan sebagai penampilan pembuka, aku tidak tau dia siapa.


Ketika Coldplay muncul, I was beyond excited. Semua orang sontak beridri ketika lagu A Head Full of Dreams yang menajdi lagu pertamanya dinyanyikan. Dan wristband led itu ternyata ide yang sangat keren, warnanya beruba-ubah. Misalnya ketika lagu clocks, lednya berubah warna merah, lagu yellow, warna kuning. Ada beberapa lagu yang warnanya berbeda-beda, benar-benar membangun suasana, I’m amazed. Aku ngga tau apakah di konser-konser lainnya memang ada wristband led seperti ini, but seriously it was really cool.

Aku sempat merekam beberapa part melalui hpku sebelum akhirnya dia mati karena habis baterai di tengah-tengah konser, tidak masalah, biar aku bisa lebih menikmati tanpa sibuk memikirkan postingan.

Di beberapa lagu aku dan temanku sama-sama duduk, liat-liatan lalu tertawa, karena kami tidak tau lagunya. Kalau sudah selesai, dan lagu selanjutnya kami tau, kami akan berdiri lagi. Untung juga milih ticket yang tempat duduk, kalau lelah bisa istirahat, tapi ya jelas kalau yang standing hype nya berbeda.

Sepanjang konser rasanya bahagia sekali. Pertama kalinya menonton konser band luar, dan tidak dikecewakan sedikitpun. Lag-lagu yang sudah lama aku cintai beserta kejutan-kejutan kecil yang mereka berikan,  ahh seru sekali. Aku bersyukur bisa mendapatkan kesempatan ini dan berada disini. Thank you Coldplay for bringing happiness to us!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com