Awal kuliah aku suka mikir aku mau ikut kegiatan yang bisa bawa aku ke luar Aceh. Apa aja, yang penting bisa ke luar Aceh. Bagi aku, yang keren di kuliah itu adalah kakak/abang letting yang sering ke luar. Lalu aku memang dapat kesempatan, karena GenRe, karena exchange, karena Djarum dan XL, aku bisa ke luar. Aku juga bangga sama diri aku, karena ngga semua teman-teman aku dapat kesempatan seperti aku. Aku pun jadi sering merasa ‘lebih baik kuliah di Aceh tapi bisa ke mana-mana, dari pada kuliah di luar tapi ngga ke mana-mana’, semacam memandang rendah teman-temanku yang kuliah di luar tapi biasa-biasa aja, ngaa ikut kegiatan apa-apa.
Tapi tulisan ini tujuannya bukan untuk nyombong, kok. Bukan mau menceritakan pengalaman-pengalaman aku, karena untuk sombong pun sebenarnya ngga pantas, masih banyak orang lain yang lebih sering lagi ke luar, bahkan ke luar negeri, selama masa kuliahnya. Yang mau aku ceritakan adalah, apa yang terjadi di bulan Maret dan bagaimana bulan Maret ini mengubah pandanganku tentang dunia perkuliahan.
Di awal tahun, aku buat plan setiap bulannya akan ada pergi ke mana. Contohnya: Januari ke Jogja, Februari ke Medan. Pastinya ada beberapa bulan yang aku tidak punya plan mau ke mana-mana,, salah satunya adalah bulan Maret. Di awal bulan Maret aku sudah yakin sekali pasti bulan ini membosankan, tidak ada yang aku tunggu-tunggu. ‘Pasti ngga menarik, pasti ngga ada hal baru, pasti suntuk’ begitu yang aku pikir. Karena bagi aku yang menarik, ada hal baru, dan ngga bikin suntuk itu ya ke luar. Jadi, teman-temanku yang selama kuliahnya ngga pernah ke luar pasti masa kuliahnya ngebosenin.
Di bulan Maret aku disibukkan dengan satu project yang dilombakan bersama teman-teman Beswan Aceh. Projectini menyita waktu karena kami harus bolak-balik survei ke lapangan, membuat riset, dan menyusun proposal. Karena kami hanya ber-tujuh, semua orang jadi punya peran penting dalam project ini. Kami jadi sering ngumpul untuk membahas project ini, pernah satu kali sampai tengah malam. Lelah, tapi seru. Ini kali pertama aku ikut lomba yang berkelompok. Aku sempat ngetweet seperti ini:
Kalaupun tidak menang, kedekatan bersama teman-teman Beswan, ilmu-ilmu yang kudapat slama proses pembuatan proposal, itu semua berharga sekali.
Selain itu aku juga ada apply beberapa program, yang sampai tulisan ini dimuat belum pengumuman hehehe.
Hal lainnya, semester ini jadi semester pertama aku jadi pengurus organisasi di kampus. Ada dua organisasi yang aku ikuti. Yang satu himpunan, yang satu lagi KSPM. Di himpunan sedang ada acara besar, aku tidak mengambil peran di sini karena bukan bagian dari bidangku, hanya ikut meramaikan. KSPM ini organisasi baru, jadilah banyak hal yang harus dipersiapkan.
Aku senang melihat semangat teman-teman yang berapi-api menghidupkan organisasi, padahal kan tidak dibayar, tapi ya itu, memang ada kepuasan batin sendiri, kan?
Hingga akhirnya di penghujung bulan Maret aku tersadar, ngga selamanya bisa ke luar itu menyenangkan. Yes, it is delightful, but it is not the only thing that can make you feel delightful. Surprisingly, aku merasa bulan Maretku menyenangkan. Yang awalnya aku mengira akan membosankan, ternyata tidak sama sekali. Ternyata tidak mesti harus pergi-pergi ke luar, selama ada hal yang kita perjuangkan, kuliah akan terasa menyenangkan.
Asumsiku bahwa ‘selama kuliahnya ngga pernah ke luar pasti masa kuliahnya ngebosenin’ itu salah. Ada banyak hal yang bisa bikin ngga bosen selama kuliah, dan itu bisa apa aja: bisa nge-band, voluntary, aktif di organisasi, ikut lomba kelompok, bikin project, kerja part-time, jadi asisten dosen, bikin start-up, bentuk komunitas baru, banyak hal. Yang bikin kuliah membosankan itu ketika tidak ada yang kita perjuangkan. Terkait apa yang harus kita perjuangkan, tidak perlu mengikuti standar orang-orang. Karena kita tidak perlu menyamakan diri kita, mimpi kita, dengan orang lain, walk in freedom.
Kalau menurutmu organisasi di kampus ngga menyenangkan, ya ngga masalah. Ngga semua orang harus jadi anak organisasi, kok, kalau kamu lebih senang bisnis, ya lanjut. Aku punya beberapa teman yang ngga gabung organisasi di kampus, dan itu ngga membuat mereka jadi ngga bisa bekerja dalam kelompok, dan ngga membuat mereka jadiless cool juga. Begitu juga ikut duta-dutaan misalnya, kalau menurutmu itu ngga menarik ya ngga usah, just because your friends join that stuff doesn’t mean you have to follow, rite?
Standar ‘keren’, ‘menyenangkan’, ‘goals’, ‘panutan’, itu ngga perlu ada. Kamu tentuin sendiri aja maunya kamu gimana. Tapi bukan berarti ngga ngelakuin apa-apa juga ya. Karena waktu kuliah itu (khususnya untukku pribadi) banyak luangnya. Ngga seperti sekolah yang Senin-Jumat dari jam 8 sampai jam 5, kuliah lebih nyantai, lebih bisa disesuaikan, jadinya ada banyak hal yang bisa kita ikutin. Dan S1 itu masa-masa paling pas buat ikutan organisasi, lomba, dan kegiatan lainnya. Karena (again, menurutku) tamat S1 nanti pasti orientasinya udah beda, udah lebih ke pengen cari kerja, cari duit.
Jadi ya, begitulah yang aku rasakan di penghujung bulan Maret. Salah satu bulan favoritku sejauh ini (yhaa 2018 juga baru jalan tiga bulan, sih, Vin), karena mengubah pandanganku terhadap apa apa yang ‘keren’ di perkuliahan. Terakhir, teruntuk kalian yang sedang memperjuangkan banyak hal saat ini, semangat, ya, semoga berkah!
Tulisan yang sangat memotivasi <3 "just because your friends join that stuff doesn’t mean you have to follow, rite?" Super right kak :), we all have our own colour gak mesti ikut ikutan, ikut yang dari hati SUPER SEKALIIII <3
BalasHapusTerima kasih positive feedback-nya, Yulfa. Senang kalau tulisan ini bisa memotivasi <3
HapusWAHH
BalasHapus