Alor Setar: Navigasi, Smart Tag, Aman Central Mall


Diawali oleh ke-suntuk-an yang muncul karena dua mata kuliah yang di postpone, muncullah ide untuk melalak sedikit jauh dari kawasan UUM.  Awalnya ingin pergi ber 6, dengan 3 kakak dan abang leting yang juga mobility student dari  UNSYIAH, tapi karena mereka sedang hectic dengan tugas, akhirnya kami memutuskan untuk pergi bertiga; aku, Ceha dan Suri.

Tujuan kami adalah Aman Central Mall, yang kata-katanya adalah mall yang baru beberapa tahun di buka di Alor Setar degan counter di dalamnya yang oke-oke, dan ada bioskopnya. Okelah, karena di UUM tidak ada mall, dan kami ‘haus’ akan nge-mall, kami menjadikan Aman Central sebagai destinasi utama.

Sempat bertanya-tanya kepada beberapa orang yang sudah kesana, akhirnya kami mendapatkan gambaran untuk menuju kesana. Kereta sewa dan waze, that’s all and you’ll be there.  Setelah menyewa kereta (mobil) seharga rm 10 untuk sejam pertama dan selanjutnya rm 6, mengisi pulsa untuk membeli paket, menginstall waze di hp Ceha, we’re ready to go.

Pukul 3 siang, kereta sewa datang. Kami sempat bertanya beberapa hal tentang Alor Setar, dan dia mengingatkan untuk nantinya mengambil jalur Alor Setar Utara, serta jangan lupa mengisi saldo Touch and Go nya untuk memasuki tol. Oke, oke.  

Berhubung kami bertiga sama-sama bisa mengendarai mobil, jadilah kami memutuskan untuk mengendarai secara bergantian. Aku giliran pertama. Jujur, selama ini aku hanya pernah membawa mobil manual, ini pertama kalinya membawa mobil matic, tapi tidak sulit, aku bisa.

Masalah pertama yang muncul adalah, waze di hp Ceha tidak berfungsi dengan baik, sepertinya faktor koneksi internet yang buruk. Tidak masalah, kita coba jalan saja dulu. Baru sekitar 10 menit perjalanan, aku menyadari bahwa lampu bensinnya sudah berkedip-kedip, untung saja di seberang jalan ada Petronas Gas Station. Sayangnya, kami sama-sama baru menyadari bahwa disini ngisi bensin ngga ada yang ngisin, alias harus isi sendiri. Berdirilah didepan tempat pengisian bensin dengan muka bodoh (re: polos), berharap bisa menemukan petunjuk. Mungkin ini seperti vending machine, masukkan uang lalu isi bensinnya. Tapi tidak ada tempat untuk memasukkan uang, hanya ada tombol tombol angka disitu, lantas bagaimana caranya? Kami bingung sekali.

Untung tempat itu sedang sepi, kami tepikan dulu mobil. Ternyata ada semacam mini market,daripada bodoh, lebih baik bertanya. Sayangnya lagi, cashier-nya sulit diajak berkomunikasi, kami jelas-jelas tidak tau bagaimana caranya tapi dia seperti enggan menjelaskan. Tapi pada akhirnya dia mau membantu kamu mengisi bensin, sekalian kami juga mengisi saldo untuk touch and go.

Lanjut jalan lagi, waze masih belum berfungsi, kami sama sekali belum pernah keluar dari UUM. Sama sekali tidak tau bentuk Alor Setar itu seperti apa, sama sekali tidak tau jalan menuju kesana, tapi ya, nekat saja. Bermodalkan direction di jalan, kami mengikuti semua arahan yang menuju Alor Setar, sudahlah, tidak berharap lagi dengan waze, koneksi internetnya tidak bagus.  Tanpa tau jalan, tanpa koneksi internet, kami meneruskan perjalanan.

Kebodohan kedua muncul ketika memasuki tol, ada beberapa ruas yang bisa dipilih, tentu saja aku memilih yang paling sepi. Di atasnya terdapat tulisan ‘touch and go’ dan ‘smart tag’, yang sepi adalah yang ‘smart tag’. Oke, kesitu saja, ya. Lagi-lagi, kami bertiga sama-sama tidak tau apa itu Smart tag, yang ternyata adalah sebuah alat yang dipasangkan di mobil untuk pembayaran tol elektronik.  Bodoh lagi, harusnya kami memilih jalur touch and go, karena mobil ini tidak ada smart tag. Tidak bisa mundur, tidak bisa jalan kedepan, karena tidak ada smart tag.

Untung saja ada penjaganya yang menghampiri mobil kami, dia bertanya ‘takda smart tag?’ dengan polosnya aku jawab ‘takda, kami tak tau apa itu smart tag, kami adanya touch and go,’ sambil menunjukkan kartunya. Alhamdulillah si ibu penjaga ini baik, dan membiarkan kami lewat. Untung, untung. Bernafas lega lagi setelah tegang selama beberapa saat. Dicatat sebagai satu pelajaran, kedepan jangan ambil jalur smart tag lagi, pilih yang touch and go.

Selama perjalan, kalau ada yang merekam ekspresi wajah kami, mungkin sama dengan wajah-wajah anak SMA sedang ikut SBMPTN, tegang, bingung, dan sedikit takut. Takut-takut malah tiba di Alor Setar Selatan, padahal tujuannya adalah Alor Setar Utara. Aku membawa mobil dengan kecepatan sedang saja, karena tidak tau kapan akan berbelok atau tetap lurus, tapi juga tidak boleh terlalu lambat. Setelah hampir sejam, akhirnya kami tiba di Alor Setar Utara, tujuan kami. Lega, tapi hanya sejenak, karena selanjutya kami tidak tau dimana letak Aman Central Mall itu. Kami hanya tau namanya, tidak tau bentuk mallnya seperti apa, di dekat apa, hanya nama.

Selanjutnya yang mengarahkan kami adalah feeling, hebat, iya, kan? Kapan kami rasa perlu belok, kami belok. Kapan kami rasa perlu lurus, kami lurus. Dan entah bagaimana, akhirnya kami memang sampai di Aman Central Mall. Rasanya bahagia sekali, seperti orang kehausan di gurun pasir yang menemukan air. Dari yang tadinya tegang, jadi super girang. Dari luar mallnya memang terlihat besar, sesuai harapan.

Menghabiskan sekitar 3 jam mutar-mutar di H&M, Uniqlo, Victoria Secret, Face Shop, counter-counter sepatu, makan di McD dan sekedar cuci mata. Pukul 8 setelah salat magrib, perut sudah kenyang, sudah bahagia karena sudah ngemall, kami memutuskan untuk pulang.

 Sekarang supirnya berganti, Suri yang akan mengendarai. Atmosfer ketika masuk mobil masih bahagia, sudah tau jalan pergi, berarti jalan pulang tinggal mengambil jalan yang sama. Ternyata, tidak sesimpel itu. Dari yang masih ketawa-ketiwi, akhirnya mulai tegang lagi. Sempat berputar-putar di arah kota sekitar 30 menit, sudah masuk tol, tapi sepertinya salah, memutar balik ke kota. Berputar-putar lagi di kota. Karena sudah malam dan kami takut kembali ke UUM terlalu lama, lebih baik bertanya saja dengan penduduk sekitar. Kami mendapatkan arahan dari seorang penjual nasi goreng, oke kita ikuti arahannya, ya.

 Aku yang duduk di kursi belakang sangat geram dengan waze di hp Ceha, sebelumnya sudah pernah beberapa kali memakai waze dan tidak pernah ada masalah. Setelah ku ulik-ulik ternyata  bukan masalah wazenya tapi memang koneksi internet di hp Ceha yang bermasalah. Hpku ada paket, tapi tidak ada waze. Lalu aku nyalakan personal hotspot, agar hp Ceha tersambung ke internet hpku, masih juga tetap tidak bisa. Barulah terpikir olehku (yang harusnya terpikir sejak awal kami pergi) untuk menginstall waze di hp Suri, it took some times karena memang jaringan internetnya sedikit lelet. Kami tetap berjalan dengan perasaan cemas, takut. Sudah pukul 9 malam lewat. Aku sempat terpikir harus menginap dimana kami kaau memang tidak menemukan jalan pulang.

 Rasanya lama sekali sampai akhirnya waze di hp Suri terinstall. Dengan harap-harap cemas, aku mencoba untuk membuka waze di hp Suri, bisa, tapi anehnya tidak ada navigasi suaranya, entah apa lagi yang salah. Sempat ragu beberapa saat untuk mengikuti arahan waze atau arahan hati, akhirnya kami memutuskan untuk mengikuti arahan waze, semoga waze membawa kami ke jalan yang benar.

Masih cemas, masih takut, tapi sudah mulai lega, sudah mulai bisa nyanyi-nyanyi karena sepertinya arahan waze ini benar. Kami sama-sama menertawakan diri kami sendiri, yang nekat, yang bodoh, yang tanpa persiapan ini. Sesekali kami terdiam lagi kalau merasa ada jalan yang aneh, lalu tertawa-tawa lagi agar suasana tidak mencekam. Jujur saya, aku memang deg-degan sekali waktu itu.

Sampai sudah di dekat UUM, kami salah jalan lagi. Harusnya belok kanan, tapi malah lurus. Karena Sintok dekat sekali dengan Hat Yai, Thailand, sempat terpikir jangan-jangan kalau kita jalan terus kita akan sampai diHat Yai. Cepat-cepat kami melirik ke kanan untuk memutar balik, ada satu tempat memutar balik, tapi ada tanda tidak boleh memutar balik, tapi (lagi) ada mobil yang memutar balik. Berdebat dalam waktu beberapa detik, mutar, tidak, mutar, tidak. Sudahlah, mutar saja, daripada di depan sana tidak ada lagi tempat memutar, toh mobil di depan saja bisa memutar, lagian mobil ini kecil. Keputusan yang baik karena akhirnya we’re back on track, tidak sampai 10 menit akhirnya kami sampai kembali di UUM. Huh, lega sekali.

Padahal mungkin jarak UUM ke Alor Setar tidak terlalu jauh, bisa ditempuh selama 45 menit, 30 menit kalau dengan kecepatan lebih. Tapi rasanya perjalan yang kami lalui sangat panjang, jauh, dan menegangkan. Kami hanya bisa tertawa-tawa ketika mengingat lagi perjalan kami. Seru. Mungkin tidak akan seberkesan ini kalau jalannya mulus, tapi karena berliku, ini terasa mengesankan.

Tapi kami berjanji, kedepan kalau ingin pergi-pergi lagi harus lebih punya persiapan, searching dulu tentang destinasi, perjalan menuju destinasi dan hal-hal kecil seperti mengisi bensin, biar ngga bodoh lagi.


Overall, it was a nice trip, wasn’t it? Next time, kemana lagi, yuk?



3

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com